bagaimanakah keistimewaan orang yang sudah dekat dengan allah swt
Haditsini sangat cocok bagi orang yang mempunyai penyakit kronis yang tidak bisa diharapkan kesembuhannya dan vonis dokter mengatakan umurnya tinggal hitungan minggu, hari bahkan jam. Ia khawatir penyakit ini menjadi sebab kematiannya. Hendaknya ia bergembira, karena bisa jadi ia menghadap Allah suci tanpa dosa.
Salahsatu keistimewaan shalawat adalah Allah Swt. akan memenuhi 100 hajat kita, 30 hajat untuk di dunia, dan 70 hajat untuk di akhirat. "Orang yang paling dekat denganku di hari kiamat nanti adalah orang paling banyak bershalawat kepadaku. Dan ini sudah pasti. Salah satu kunci utama masuk surga (selain ibadah) adalah syafaat Nabi Saw
Aditidak meragukan, bahwa sosok Eril adalah anak yang hebat, berdedikasi, dan berbakti kepada orang tua. "Semoga husnul khotimah," harap Ustad Adi Hidayat dalam keterangan tertulis, Minggu (5/6). Pada kesempatan bertakziah petang itu, Ustaz Adi memotret kebersamaan Ridwan Kamil dan keluarga yang sudah berkumpul saling menguatkan.
KompetensiDasar: Aku Selalu Dekat dengan Allah Swt. Wajib bagi setiap orang yang sudah baligh (mukallaf) Perhatikan keterangan-keterangan berikut: No: "Dan Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antara kamu dan orang-orang yang berilmu pengetahuan beberapa derajat. Dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan."
B menumbuhkan cinta yang dalam kepada Allah Swt. C. Mengembangkan sikap senang memuliakan tetangga D. Menghitung amal perbuatan yang sudah dilakukan E. Menumbuhkan sifat suka memaafkan kesalahan 6. Allah Swt. Sang pemilik Asma'ul Husna. Salah satunya memiliki sifat Al-Jami' yang artinya maha A. Adil B. Kuat C. Akhir D. Mengumpulkan
Warum Flirten Männer Wenn Sie Vergeben Sind. Menjadi Makhluk yang Disukai Allah untuk Meraih Sukses Dunia Akhirat Oleh Siti Latifah Mubasiroh, Dalam menjalani hidup ini, semua manusia pasti ingin menggapai kesuksesan. Manusia dianugerahi oleh Allah swt. naluri yang menjadikannya gemar memperoleh manfaat dan menghindari mudharat. Beribadah dan melaksanakan tugas sebagai khalifah adalah tujuan penciptaan manusia, sedangkan ibadah tidak dapat terlaksana dengan baik bila kebutuhan manusia tidak tercukupi. Oleh sebab itu, pemenuhan kebutuhan duniawi merupakan sebuah kewajiban. Akan tetapi, pemenuhan kebutuhan dunia untuk mencapai sukses itu dapat dijalankan bersamaan dengan menggapai kesuksesan akhirat. Kesuksesan hidup tidak hanya diukur oleh capaian duniawi semata, seperti berderetnya gelar akademik, menterengnya karier, atau melimpahnya penghasilan. Kesuksesan sejati diraih jika seluruh capaian itu memberi manfaat bagi orang lain sehingga mengalirkan pahala jariah, dan kelak, saat menutup usia dalam keadaan husnul khatimah. Hal ini penting dipahami agar umur yang Allah berikan kepada manusia tidak sia-sia, tetapi justru memberikan banyak kebermanfaatan bagi diri sendiri dan sesama. Sifat dan Perilaku yang Disukai Allah Dalam menjalani hidup, manusia harus menjadikan Allah sebagai tujuan dengan senantiasa mengharap ridha-Nya dan menjadikan surga sebagai cita-cita Dasuqi, 2008. Demikian juga hendaknya memandang kesuksesan. Untuk memperoleh kesuksesan dunia dan akhirat, tentu kita harus senantiasa mendekatkan diri pada Allah swt. dan menjadi orang yang disukai-Nya. Berikut ini uraian tentang macam sifat atau perilaku manusia yang disukai oleh Allah swt. berdasarkan dalil dalam al-Qur’an. Al-Muhsinin Kata al-muhsinin adalah bentuk jamak dari kata muhsin yang terambil dari kata ahsana-ihsana. Rasulullah saw. menjelaskan makna ihsan sebagai berikut “Engkau menyembah Allah, seakan-akan melihat-Nya dan bila itu tidak tercapai maka yakinlah bahwa Dia melihatmu” HR Muslim. Dengan demikian, perintah ihsan bermakna perintah melakukan segala aktivitas positif, seakan-akan Anda melihat Allah atau paling tidak selalu merasa dilihat dan diawasi oleh-Nya. Al-Muttaqin Takwa dapat diartikan sebagai perbuatan menghindari ancaman dan siksaan dari Allah swt. dengan jalan melaksanakan perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya. Takwa selalu menuntun seseorang untuk senantiasa berhati-hati dalam berperilaku. Shihab 2013 menjelaskan bahwa terkait dengan ketakwaan, Allah memberikan dua macam perintah yang tercantum dalam Al-Qur’an, yaitu perintah takwini dan perintah taklifi. Perintah takwini, yakni perintah Allah terhadap objek agar menjadi sesuai dengan apa yang diperintahkan-Nya. Ia biasa digambarkan oleh firman-Nya dengan “Kun fayakun”. Hal ini tercantum dalam beberapa dalil dalam al-Qur’an, antara lain QS. Fushshilat11 dan QS. Al-Anbiya’69. Kedua dalil tersebut menunjukkan betapa kuasa Allah atas apa pun yang Ia kehendaki akan terjadi dengan segera. Kedua, perintah taklifi, yaitu perintah Allah terhadap makhluk yang dibebani tugas keagamaan manusia dewasa dan jin untuk melakukan hal-hal tertentu. Hal ini dapat berupa ibadah murni, seperti shalat, puasa, maupun aktivitas lainnya yang bukan berbentuk ibadah murni, seperti bekerja untuk mencari nafkah, menikah, dan lain-lain Shihab, 2013. Dalam konteks berinteraksi dengan sesama manusia, terdapat sebuah pepatah terkenal, yaitu “Sebanyak Anda menerima, sebanyak itu pula hendaknya Anda memberi.” Namun demikian, Allah tidak menuntut hal tersebut. Allah, Sang Maha Pemurah menurunkan firman-Nya dalam QS. At-Taghabun16 yang artinya “Maka bertakwalah kamu kepada Allah menurut kesanggupanmu dan dengarlah serta taatlah dan nafkahkanlah nafkah yang baik untuk dirimu. Dan barangsiapa yang dipelihara dari kekikiran dirinya, maka mereka itulah orang-orang yang beruntung.” Menurut Shihab 2013, jika kita hendak membicarakan prioritas dalam konteks ketakwaan, dapat diasumsikan dengan ilustrasi berikut ini prioritas ketakwaan bagi penguasa adalah berlaku adil; bagi pengusaha adalah jujur; bagi guru/dosen adalah ketulusan mengajar dan meneliti; bagi si kaya adalah ketulusan bersedekah dan membantu; bagi si miskin adalah kesungguhan bekerja dan menghindari minta-minta. Mereka yang bertakwa itulah yang memperoleh janji-Nya dalam QS. At-thalaq2-3 yang menjelaskan bahwa Allah akan memberikan rezeki dan jalan keluar atas setiap permasalahan bagi hamba-Nya yang bertakwa dan tawakal kepada-Nya. Al-Muqsithin Kata al-Muqsithin adalah bentuk jamak dari kata muqsith, yang diambil dari kata awasatha yang biasa dipersamakan maknanya dengan berlaku adil. Menariknya, tidak ditemukan bunyi pernyataan al-Qur’an yang menyatakan bahwa Allah menyukai orang-orang yang berlaku adil dengan kata adl/adil, tetapi ditemukan perintah menegakkan al-qisth, yakni dalam beberapa firman-Nya QS. Al-Maidah8; QS. An-Nisa’3; QS. AL-Hujurat9. Al-Mutathahhirin Kata al-mutathahhirin dapat diartikan sebagai kesucian dan keterhindaran dari kotoran/noda. Salah satu pernyataan al-Qur’an bahwa Allah menyukai al-mutathahhirin ditemukan dalam QS. Al-Baqarah222 yang menjelaskan tentang larangan seorang suami mencampuri istri yang sedang haid. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertaubat dan menyucikan diri. At-Tawwabin At-tawwabin berarti kembali ke posisi semula. Manusia dilahirkan dalam keadaan suci. Akan tetapi, seiring berjalannya waktu, setan akan terus berusaha merayu manusia. Oleh sebab itu, hendaknya manusia yang berdosa segera bertaubat agar kembali suci. Allah swt., Sang Maha Pengampun sangat menyukai hamba-Nya yang bertaubat atas kesalahan-kesalahannya dan tidak mempersulit. Dalil yang menjelaskan tentang at-tawwabin tercantum dalam firman Allah swt., di antaranya QS. Al-Baqarah37, QS. An-Nisa’31, QS. An-Nisa’17. Ash-Shabirin As-shabirin berarti sabar. Seorang yang sabar akan menahan dri, dan untuk itu memerlukan kekukuhan jiwa dan mental baja agar dapat mencapai ketinggian yang diharapkannya Shihab, 2013. Mustaqim 2013 juga berpendapat bahwa sabar berusaha keras untuk mencapai tujuan, menahan diri dari rasa malas dan lelah. Banyak firman Allah dalam al-Qur’an yang berisi perintah kepada manusia untuk bersabar. Berdasarkan kajian yang telah dilakukan oleh Shihab 2013, dua kali al-Qur’an berpesan agar menjadikan shalat/permohonan kepada Allah dan sabar sebagai sarana untuk memperoleh segala yang dikehendaki QS. Al-Baqarah45, 153. Sabar selalu pahit awalnya, tapi manis akhirnya QS. Ali Imran186. Dengan kesabaran dan ketakwaan akan turun bantuan Ilahi guna menghadapi segala macam tantangan QS. Ali Imran120. Allah memerintahkan sabar dalam menghadapi yang tidak disenangi maupun yang disenangi. Al-Mutawakkilin Al-mutawakilin dapat diartikan mewakilkan. Perintah tawakal kepada Allah dalam al-Qur’an ditemukan sebanyak sebelas kali Shihab, 2013. Oleh sebab itu, dapat disimpulkan bahwa dalam setiap aktivitas kehidupan kita, seorang Muslim dituntut untuk berusaha sambil berdoa dan setelah itu ia dituntut untuk berserah diri kepada Allah. Ketika manusia telah berusaha keras kemudian menyerahkan semuanya pada Allah, manusia harus yakin bahwa apa pun ketetapan Allah merupakan pilihan terbaik untuknya, sesuai dengan firman-Nya dalam QS. Al-Baqarah216. Dalam berusaha dan berserah kepada Allah, tentu manusia tidak boleh hanya duduk diam menunggu jawaban ataupun keajaiban. Manusia perlu terus berdoa mendekatkan diri kepada Allah swt. agar benar-benar diberikan yang baik menurut kita sesuai keinginan dan baik menurut Allah swt. Anshor 2017 menyampaikan hal-hal yang bisa dilakukan untuk meminta kepada Allah, yaitu a memperbanyak shadaqah, b bangun untuk shalat tahajud, dan c memperbanyak silaturahmi. Selain tiga daya pengungkit rezeki tersebut, tentu masih banyak amalan lainnya. Jika dikerjakan secara istiqamah, insya Allah, Allah akan mempermudah segala urusan dan pencapaian cita-cita makhluk-Nya. Kerja Sama dan Network Dalam QS. Ash-Shaf4, Allah berfirman yang artinya, “Sesungguhnya Allah menyukai orang yang berperang dijalan-Nya dalam barisan yang teratur seakan-akan mereka seperti suatu bangunan yang tersusun kokoh.” Ayat di atas menunjukkan perlunya kebersamaan, network, dan koordinasi. Ciri khas ajaran Islam adalah kebersamaan dalam segala aktivitas positif, baik dalam melaksanakan ibadah ritual maupun dalam melaksanakan aneka aktivitas, itu sebabnya, shalat berjamaahn lebih diutamakan daripada shalat sendirian. Di sisi lain, kebersamaan itu tidak harus menjadikan semua pihak melakukan satu pekerjaan yang sama, melainkan perlu pembagian kerja yang diatur dalam satu network yang baik Anshor, 2017. Akhlak Mulia Berdasarkan kajian yang dilakukan oleh Shihab 2013, dinyatakan bahwa ada empat sifat khusus yang disebut oleh QS. Al-Maidah54 yang menjadi sebab tercurahnya cinta Allah kepada manusia, yaitu a bersikap lemah lembut terhadap orang-orang mukmin, b mulia/memiliki harga diri dan bersikap tegas terhadap yang kafir, c berjihad di jalan Allah, dan d tidak takut kepada celaan pencela. Al-Ittiba’ Ali Imran 31 dan 32 memberi gambaran yang sangat umum menyangkut siapa atau perbuatan apa yang paling disukai Allah Shihab, 2013, yakni perintah untuk menaati Allah dan Rasul-Nya. Al-ittiba’ berarti meneladani, mengikuti secara sungguh-sungguh. Cinta Allah yang luar biasa akan diraih oleh mereka yang bersungguh-sungguh mengikuti Nabi Muhammad saw. Al-ittiba’ yang dimaksud ini dijelaskan oleh sabda Rasul saw. yang berbunyi, “yakni atas dasar kebajikan, takwa, dan rendah hati” HR at-Tirmidzi, Abu Nu’aim, dan Ibnu Asakir melalui sahabat Nabi, Abu ad-Darda. Kesimpulan Kunci sukses adalah iman. Iman adalah fondasi dalam beramal shalih sebab Allah hanya akan menerima amal shalih makhluk yang beriman kepada-Nya. Kemampuan beramal shalih inilah yang dapat dikatakan sebagai kesuksesan dunia dan akhirat. Hadis Nabi Muhammad saw. yang banyak dikenal umat Muslim, “Sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat bagi manusia” merupakan landasan pokok bagi manusia untuk menyikapi kesuksesan yang telah dimiliki. Sejatinya, semakin tinggi kesuksesan yang diraih, semakin besar pula tanggung jawab dan kebermanfaatan yang dilakukan. Semakin tinggi gelar pendidikan yang dan ilmu yang diperoleh, semakin besar amanah untuk menyampaikannya kepada orang lain. Semakin banyak kekayaan yang didapat, semakin banyak zakat mal dan shadaqah yang harus dikeluarkan untuk orang lain. Semakin tinggi jabatan, semakin besar tanggung jawab dan amanah untuk membantu dan menyejahterakan rakyatnya. DAFTAR RUJUKAN Ad-Dasuqi, K. . 2008. Reasons of Happiness Tips Menjadi Manusia Paling Bahagia Dunia Akhirat. Solo Wacana Ilmiah Press. Anshor, S. 2017. Journey to Success. Solo Tinta Medina. Mustaqim, A. 2013. Akhlak Tasawuf Lelaku Suci Menuju Revolusi Hati. Yogyakarta Kaukaba DIpantara. Shihab, M. Q. 2013. Berbisnis Sukses Dunia Akhirat. Tangerang Lentera Hati. Shihab, M. Q. 2014. Mutiara Hati Mengenal Hakikat Iman, Islam, dan Ihsan. Tangerang Lentera Hati.
Kisah Nabi Hud dan pusaran angin yang menimpa kaum Ad, sangat menarik untuk diambil hikmahnya. Keangkuhan kaum Ad bahkan banyak dikisahkan dalam Al-Qur'an, salah satunya pada surat Fussshilat ayat Hud adalah nabi yang diutus oleh Allah SWT kepada kaum Ad. Nabi Hud berasal dari suku Arab. Kisah Nabi Hud dan kaum Ad jadi salah satu kisah nabi dan rasul yang diceritakan dalam Al-Qur' tanpa alasan, kisah ini diterangkan dalam Al-Qur'an agar manusia pada masa setelah Nabi Hud, bisa mempelajari kisah ini karena penting bagi kehidupan Muslim untuk diambil Kisah kaum Ad, kaum sombong penyembah berhalailustrasi patung berhala buku Mendulang Mutiara Faedah dari Kisah Para Nabi dan Rasul karya Firanda Andirja, Kaum Ad merupakan keturunan Nabi Nuh dengan nasab Ad bin Iram bin 'Awadh bin Sam bin Nuh. Mereka tinggal di daerah al-Ahqaf, terletak di negeri Yaman. Kaum Ad adalah kaum yang pertama kali memunculkan kesyirikan setelah peristiwa banjir bandang di masa Nabi Nuh. Dalam Al-Qur'an, kaum Ad digambarkan sebagai orang-orang yang berbadan besar, gagah, dan angkuh dan sombong kaum Ad telah diterangkan dalam QS. Fusshilat ayat 15, yakni فَاَمَّا عَادٌ فَاسْتَكْبَرُوْا فِى الْاَرْضِ بِغَيْرِ الْحَقِّ وَقَالُوْا مَنْ اَشَدُّ مِنَّا قُوَّةً ۗ اَوَلَمْ يَرَوْا اَنَّ اللّٰهَ الَّذِيْ خَلَقَهُمْ هُوَ اَشَدُّ مِنْهُمْ قُوَّةً ۗ وَكَانُوْا بِاٰيٰتِنَا يَجْحَدُوْنَ Artinya "Adapun kaum Ad, mereka menyombongkan diri di bumi tanpa alasan yang benar. Mereka berkata, “Siapakah yang lebih hebat kekuatannya daripada kami?” Tidakkah mereka memperhatikan bahwa sesungguhnya Allah yang menciptakan mereka itu lebih hebat kekuatan-Nya daripada mereka? Mereka telah mengingkari tanda-tanda kebesaran Kami." Kaum Ad tidak pernah mensyukuri apa yang telah diberikan oleh Allah SWT. Kegagahan, kekuatan, teknologi, dan arsitektur yang dimiliki tidak pernah disyukuri. Kaum Ad justru menyembah berhala yang mereka beri nama sendiri. Bahkan, kaum Ad juga mengingkari dakwah Nabi Hud yang menyeru untuk beriman kepada Allah Dakwah Nabi Hud disampaikan dengan lembut hingga berisi ancamanIlustrasi hewan ternak sebagai nikmat yang dimiliki kaum Ad Hud AS adalah salah satu nabi yang telah disebutkan dalam beberapa ayat Al-Qur'an. Nabi Hud diutus Allah SWT kepada kaum Ad, kaum yang kafir dan ingkar, lantaran kaum Ad tidak mau beriman kepada Allah SWT dan hanya menyembah patung-patung berhala. Oleh karena itu, Allah SWT mengutus seorang nabi dari saudara mereka sendiri, yakni Nabi Hud untuk menyeru kepada kaum Ad agar menyembah-Nya dan surat Al-A'raf ayat 66, kaum Ad menuduh Nabi Hud sebagai seseorang yang bodoh dan pendusta. Nabi Hud justru menjawab tuduhan buruk itu dengan santun. Nabi Hud hanya menjawab bahwa ia adalah utusan Allah dan menyampaikan nasihat tepercaya bagi Hud juga kerap mengingatkan nikmat-nikmat yang telah Allah berikan kepada kaum Ad. Saat itu, kaum Ad tidak pernah kekurangan apa pun. Hal ini dapat dijelaskan pada surat Asy-Syu'ara ayat 132-134. Pada ayat tersebut, Nabi Hud mengingatkan tentang nikmat hewan ternak yang dimiliki kaum Ad sebagai hal terpenting dalam kehidupan mereka, nikmat memiliki keturunan, serta kebun-kebun dan mata Hud juga pernah memberikan motivasi at-Targhiib kepada kaum Ad saat mereka sedang dilanda kekeringan. Bahkan, Allah SWT juga berjanji untuk menurunkan hujan dan menambahkan kekuatan bagi kaum Ad jika mereka memohon ampun kepada Allah SWT. Dalam surat Hud ayat 52, Nabi Hud berkata kepada kaum Ad, yakni وَيٰقَوْمِ اسْتَغْفِرُوْا رَبَّكُمْ ثُمَّ تُوْبُوْٓا اِلَيْهِ يُرْسِلِ السَّمَاۤءَ عَلَيْكُمْ مِّدْرَارًا وَّيَزِدْكُمْ قُوَّةً اِلٰى قُوَّتِكُمْ وَلَا تَتَوَلَّوْا مُجْرِمِيْنَ Artinya "Wahai kaumku, mohonlah ampunan kepada Tuhanmu kemudian bertobatlah kepada-Nya! Niscaya Dia akan menurunkan untukmu hujan yang sangat deras, menambahkan kekuatan melebihi kekuatanmu, dan janganlah kamu berpaling menjadi orang-orang yang berdosa.” Gak hanya memberikan motivasi, di akhir masa dakwahnya, Nabi Hud juga memberikan ancaman at-Tarhib. Ancaman ini datang saat kemusyrikan kaum Ad telah mencapai klimaksnya. Hal ini seperti yang diterangkan dalam surat Al-A'raf ayat 71, yaitu قَالَ قَدْ وَقَعَ عَلَيْكُمْ مِّنْ رَّبِّكُمْ رِجْسٌ وَّغَضَبٌۗ اَتُجَادِلُوْنَنِيْ فِيْٓ اَسْمَاۤءٍ سَمَّيْتُمُوْهَآ اَنْتُمْ وَاٰبَاۤؤُكُمْ مَّا نَزَّلَ اللّٰهُ بِهَا مِنْ سُلْطٰنٍۗ فَانْتَظِرُوْٓا اِنِّيْ مَعَكُمْ مِّنَ الْمُنْتَظِرِيْنَ Artinya "Dia Hud berkata, “Sungguh, sudah pasti kamu akan ditimpa azab dan kemarahan dari Tuhanmu. Apakah kamu sekalian hendak berbantah dengan Aku tentang nama-nama berhala yang kamu beserta nenek moyangmu menamakannya, padahal Allah tidak menurunkan sedikit pun hujah alasan pembenaran untuk itu? Maka, tunggulah azab dan kemarahan itu! Sesungguhnya aku bersamamu termasuk orang-orang yang menunggu.” Baca Juga 5 Mukjizat Nabi Ibrahim yang Dijuluki Bapaknya Para Nabi 3. Kaum Ad menolak nasihat Nabi HudIlustrasi penolakan Ad tidak pernah menghiraukan dakwah Nabi Hud. Bahkan dengan keji, mereka merendahkan Nabi Hud sebagai seorang yang bodoh, konyol, dan pendusta. Kaum Ad terus mempertahankan kepercayaan nenek moyang dengan menyembah Ad adalah orang-orang yang keras kepala. Mereka tidak mau meninggalkan berhala yang mereka sembah dan puja. Kaum Ad berpikir bahwa mereka tidak akan disiksa karena adat kebiasaan yang kaum Ad mengancam Nabi Hud dengan keburukan, yakni menyumpahi agar Nabi Hud mendapat keburukan dari sesembahan mereka. Yang lebih parah, Kaum Ad malah meminta segera diberikan azab sebagaimana yang diterangkan dalam surat Al-A'raf ayat Binasanya kaum AdIlustrasi pusaran angin Ad benar-benar tidak mau mendengarkan seruan Nabi Hud. Tantangan azab yang pernah diberikan Kaum Ad malah membawa malapetaka untuk kaumnya. Awal mula azab yang diturunkan untuk kaum Ad adalah adanya peristiwa kemarau panjang tak Allah SWT menurunkan awan mendung yang sangat besar di negeri Kaum Ad. Namun, mereka malah berpikir bahwa mendung tersebut akan membawa hujan deras yang akan mengakhiri kemarau yang sedang dialaminya. Padahal, itu adalah azab yang diberikan Allah SWT untuk membinasakan kaum Ad, seperti yang dijelaskan dalam QS. al-Ahqaf ayat 24-25. فَلَمَّا رَاَوْهُ عَارِضًا مُّسْتَقْبِلَ اَوْدِيَتِهِمْ قَالُوْا هٰذَا عَارِضٌ مُّمْطِرُنَا ۗبَلْ هُوَ مَا اسْتَعْجَلْتُمْ بِهٖ ۗرِيْحٌ فِيْهَا عَذَابٌ اَلِيْمٌۙ. تُدَمِّرُ كُلَّ شَيْءٍۢ بِاَمْرِ رَبِّهَا فَاَصْبَحُوْا لَا يُرٰىٓ اِلَّا مَسٰكِنُهُمْۗ كَذٰلِكَ نَجْزِى الْقَوْمَ الْمُجْرِمِيْن Artinya "Maka, ketika melihat azab itu berupa awan yang menuju ke lembah-lembah mereka, mereka berkata, “Inilah awan yang akan menurunkan hujan kepada kita.” Bukan, tetapi itu azab yang kamu minta agar disegerakan kedatangannya, yaitu angin yang mengandung azab yang sangat pedih. Azab itu menghancurkan segala sesuatu dengan perintah Tuhannya sehingga mereka kaum Ad menjadi tidak terlihat lagi, kecuali hanya bekas-bekas tempat tinggal mereka. Demikianlah Kami memberi balasan kepada kaum yang durhaka." Kemudian Allah SWT memberikan angin dingin yang menusuk. Adapun rasa dingin tersebut adalah bagian dari azab Allah SWT. Gak hanya itu aja, kaum Ad juga diberi angin yang bergemuruh kencang, yang bisa memekakkan telinga mereka. Hingga akhirnya, kaum Ad sadar bahwa angin tersebut adalah azab, kemudian mereka berlarian dan bersembunyi untuk menyelamatkan diri. Meski tubuh mereka besar dan kuat, justru angin tersebut membuat tubuh mereka terbang di udara layaknya bulu tipis nan ringan yang tertiup angin. Tubuh mereka terombang-ambing oleh angin selama 8 hari. Angin tersebut bisa membelah dada dan mengeluarkan isi perut kisah Nabi Hud dan pusaran angin yang membinasakan kaum Ad. Sungguh, dalam hal duniawi, kaum Ad tidak kekurangan apa pun. Pada akhirnya, kaum Ad diberi azab dan dibinasakan oleh Allah SWT atas segala kemusyrikan yang dilakukannya. Semoga kita bisa mengambil hikmah di balik kisah Nabi Hud dan Kaum Ad, ya!Penulis Fanny Haristianti Baca Juga 5 Mukjizat dan Keistimewaan Nabi Daud AS, Nabi Penerima Zabur!
Pada hakikatnya, setiap orang beriman mempunyai hubungan yang sangat dekat dengan Allah SWT. Dia berfirman, ''Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku, maka jawablah bahwasanya Aku adalah dekat.'' QS al-Baqarah [2] 186. Kedekatan seorang Mukmin dengan Allah, mendatangkan manfaat yang sangat besar. Tidak ada doanya yang tidak dikabulkan, tidak ada dosanya yang tidak diampuni, tidak ada kesulitannya yang tidak dimudahkan. Bahkan, setiap gerak ibadahnya terasa nikmat karena didasarkan pada rasa cinta kepada Zat Yang Mahaagung. Karena itu, setiap Mukmin hendaknya berupaya menjaga kedekatan dengan-Nya. Memang untuk istikamah di jalur ini terasa berat. Bahkan, bagi sebagian orang teramat berat. Imam al-Ghazali dalam bukunya Minhaj al-'Abidin mengingatkan, menjaga kedekatan dengan Allah tidaklah mudah. Godaan setan, iming-iming dunia, dan gejolak hawa nafsu akan terus-menerus menghadang. Begitu pandainya setan menggoda manusia, hingga banyak yang melontarkan lelucon bahwa dosa kecil adalah sesuatu yang biasa, sedangkan dosa besar dapat dihapus kelak di hari tua dengan giat ibadah. Dalam sebuah riwayat Ibnu Mas'ud mengatakan, ''Orang yang benar-benar beriman, ketika melihat dosa-dosanya, ia seperti sedang duduk di bawah gunung. Ia khawatir kalau-kalau puncak gunung itu jatuh menimpanya. Adapun orang munafik, ia memandang dosa-dosanya seperti menghalau lalat di ujung hidungnya.'' HR Bukhari. Al-Ghazali berpendapat, hanya dengan pertolongan Allah SWT, seorang Mukmin dapat selamat melewati ujian-ujian tadi. Dan, bagi mereka yang berhasil, akan memperoleh kedudukan yang tinggi di hadapan Allah, dan menjadi orang yang berbahagia selamanya. Dengan demikian, sifat Allah yang rahman dan rahim senantiasa memberikan harapan kepada para hamba akan magfirah-Nya jika ia benar-benar berbenah. Dalam sebuah hadis Qudsi disebutkan, ''Barang siapa yang mencoba mendekat kepada-Ku satu jengkal maka Aku akan mendekat kepadanya satu hasta. Barang siapa yang mendekat kepada-Ku satu hasta maka Aku akan mendekat kepadanya satu depa. Barang siapa yang mendekat kepada-Ku dengan cara berjalan maka Aku akan menyongsongnya dengan cara berlari kecil.'' HR Bukhari. Hadis berikut ini pun sangat baik untuk dijadikan pelajaran. Sebuah riwayat dalam Shahih Muslim menceritakan betapa gembiranya seorang lelaki yang berada di tengah gurun pasir. Tiba-tiba ia kehilangan untanya yang membawa semua perbekalan makan dan minumnya. Ketika putus asa karena rasa lapar dan haus, ia pun tertidur. Akan tetapi, ketika bangun, ia mendapati untanya telah kembali lengkap dengan perbekalannya. Betapa gembira hatinya sampai-sampai ia salah ucap, ''Ya Allah, Engkau hambaku dan aku tuan-Mu!'' Terlepas dari kesalahan ucap itu, sungguh kegembiraan Allah terhadap orang yang mau bertobat kembali ke jalan-Nya, jauh lebih besar dari kegembiraan orang yang menemukan kembali kebutuhan hidupnya. n sumber Harian RepublikaBACA JUGA Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Klik di Sini
- Dalam setiap aspek kehidupan manusia, Allah SWT selalu hadir dan menemani. Sebagai umat Islam, kita dianjurkan oleh Alquran dan Nabi Muhammad SAW untuk selalu berdzikir dan menyadari kehadiran-Nya. Manusia diciptakan dengan kehendak masing-masing. Hal ini bisa diekspresikan dalam bentuk menerima atau menolak pesan dan perintah-Nya. Manusia bisa tidak berdoa, berpuasa, atau bersedekah, namun ada konsekuansi di baliknya. Keseimbangan antara kehendak bebas dan mematuhi anjuran-Nya merupakan hal yang harus dijaga dalam kehidupan. Di dunia saat ini, di mana individualitas berkuasa atas semua masalah lain, pentingnya menjaga keseimbangan menjadi semakin telah memberi kunci untuk mengatur ulang timbangan dan membawa hidup kembali ke tempat yang seharusnya. Melalui amalan, yang dikenal sebagai Dzikir atau mengingat Tuhan, manusia dapat membantu melatih pikiran dan jiwa untuk menghindari rintangan iman dan membimbing kembali ke jalan Islam yang lurus. Dilansir di About Islam, Rabu 12/1/2022, dzikir memiliki banyak bentuk dan rupa. Di bawah, ada beberapa cara agar umat Muslim dapat memasukkannya dalam ingatan dan kehidupan Membaca Alquran Kata-kata Allah SWT, seperti yang disebutkan oleh Nabi Muhammad saw, adalah ucapan terbaik. Mendedikasikan waktu untuk membaca ayat-ayat Alquran setiap hari adalah praktik yang itu masih berlaku sampai akhir hayat manusia. Bahkan, membaca bagian atau bab terpendek Alquran di saat-saat yang menegangkan dapat mengurangi stres dan membantu memusatkan kembali pikiran dan Mempelajari, Memahami dan Mengucapkan Nama-nama Allah SWT memiliki 99 nama yang mencakup setiap aspek dari kuasa dan pengaruh-Nya. Pelajari, pahami artinya, serta gunakan secara teratur ketika memanggil nama-Nya dalam setiap doa yang dilantunkan maupun saat dalam kondisi tenang dan satu aspek menarik yang tidak banyak dipahami orang terkait nama-nama Allah SWT. Fokus dari keberadaan nama-nama ini bukanlah tentang penilaian nilai kuasa, tetapi memahami bahwa kuasa Tuhan itu mutlak dan menemukan sumber kekuatan lain yang setara atau lebih besar dari Tuhan berarti melakukan dosa Hubungkan Diri dengan Nabi SAWSebagai contoh moral bagi seluruh umat manusia, kehidupan, ucapan dan tindakan Nabi Muhammad bertindak sebagai cara penting untuk tumbuh dalam iman dan mengingat Allah buku 40 Hadis yang terkenal oleh Al-Nawawi, di dalamnya bisa dipelajari apa yang telah direkomendasikan oleh para cendekiawan selama berabad-abad, sebagai hal yang penting untuk diketahui setiap Muslim tentang Nabi dalamnya, bisa dipelajari apa yang bisa diambil tentang kehidupan dan keadaan Nabi. Kemudian, buatlah penyesuaian sederhana dalam hidup sendiri yang bisa dimasukkan Sunnah satu contoh yang sederhana seperti melakukan hal "ekstra" ketika wudhu atau shalat, lebih banyak tersenyum, serta menjaga diri agar tetap tenang di saat-saat Temukan Komunitas Membangun kembali keseimbangan diri dengan Allah SWT tidak akan pernah bisa diselesaikan sendirian. Temukan sebuah komunitas atau sekelompok teman yang bsia membantu agar fokus pada sebagian orang, cara itu berarti menemukan lingkaran sufi yang melakukan sesi Dzikir secara teratur. Dari mereka yang ingin duduk dengan tenang dan mengingat Tuhan, hingga kelompok yang aktif secara fisik yang akan membuat Anda berkeringat di akhir sesi, ada kelompok Sufi untuk berbagai selera yang berbeda. Namun, cara yang dimaksud tidak harus selalu seperti ini dan praktik Sufi tidak untuk semua dekat dengan komunitas masjid setempat dan berkumpul bersama untuk makan malam bisa sama bermanfaatnya. Memelihara dan membina hubungan dengan Muslim lainnya, tidak peduli seberapa sulit, terkadang juga merupakan salah satu cara terbaik untuk mengingat melalui Dzikir dan mengingat Allah SWT secara konstan, maka keseimbangan ini dapat dibangun kembali. Tidak ada satu cara khusus untuk mencapainya, dimana Alquran dan Sunnah juga telah memberi sejumlah contoh dan cara yang bisa cara bekerja untuk orang yang berbeda pada waktu yang berbeda. Tetapi, pada akhirnya semua itu memiliki satu tujuan, yaitu membantu umat Muslim menyadari bahwa Allah SWT merupakan pusat dari segala penciptaan di dunia. Sumber
Eramuslim – Setiap manusia yang hidup harus selalu berbuat baik kepada dirinya sendiri maupun orang lain. Kebaikan yang kita sebarkan kepada setiap manusia tentu membuat hati mereka merasa senang. Menyebarkan kebaikan tak hanya pada manusia. Namun juga pada hewan dan alam. Kebaikan adalah salah satu sifat terpuji dan mendapatkan ridha dari Allah SWT. Melansir dari akun Instagram pada Senin 19/08 ia menampilkan sebuah video tentang ciri-ciri manusia yang dekat kepada Allah SWT. Di dalam video tersebut dijelaskan bagaimana sikap seseorang yang sudah dekat dengan Allah SWT, salah satunya yaitu dengan tidak meninggalkan salat wajib dan tidak melewatkan salat sunah. Meskipun salat sunah tidak wajib hukumnya untuk dilaksanakan, namun apabila seorang umat yang sudah dekat dengan Allah SWT akan selalu mengamalkan kebaikan dari salat sunah. Predikat itu disebut sebagai Al-Mu’minuun, yaitu seseorang yang sudah dekat dengan Allah SWT memiliki rasa bahagia dan ketenangan dalam dirinya. Bahkan ia pun menjaga lisannya dari kata-kata atau kalimat yang tidak terpuji karena merasa malu dihadapan Allah SWT. Sebagai umat muslim, orang yang memiliki kedekatan kepada Allah SWT juga menjaga pengelihatannya dari hal-hal yang tidak disukai oleh Allah SWT. Dengan begitu, seseorang yang memiliki sifat dari Al-Mu’minuun memiliki rasa tenang dan bahagia di dunia karena ia mengamalkan segala kebaikan demi mendapatkan pahala dan ampunan dari Allah Subhanahu wa Ta’ala. Okz
bagaimanakah keistimewaan orang yang sudah dekat dengan allah swt